I.Fenomena
Pendaki Gunung Yang Mendaki 7 Puncak Tertinggi
Dunia
Sosok
petualang yang satu ini tentu sudah tak asing lagi bagi para pendaki Indonesia.
Seorang penggiat petualang alam terbuka yang pemberani dan juga dikenal suka
menolong. Norman juga tercatat sebagai wartawan Kompas semasa hidupnya. Pada
tahun 1980-an ia banyak menulis di beberapa surat kabar dan majalah, tentu saja
tentang kegiatan jelajah alam. Pendaki Indonesia juga mengenang Norman sebagai
pelopor pendakian ke berbagai gunung ternama di dunia.Norman Edwin ditemukan sudah tewas tertelungkup di timbunan salju oleh
pendaki lain yang kebetulan melewati jalur Norman Edwin tiada,pada tanggal 2
april 1992 di Aconcagua, perbatasan antara Argentina tempat Arman
Mardono dan Chile.Sewaktu ditemukan, tangannya memegang erat kapak es yang
dikala itu untuk menahan tubuhnya dari gundukan salju yang menutupi tubuhnya
pada ketinggian 6.700 mdpl, jadi hanya sekitar 200 meter lagi sudah sampai
puncak Aconcagua.
Norman Edwin adalah pendaki sejati, sejak
kecil sudah mulai melakukan pendakian gunung dan terus berlembang pesat sewaktu
kuliah di UI dan bergabung dengan Mapala UI. Dialah yang menguasai
berbagai bidang petualangan alam. Saat itu di jamannya Norman, petualangan
beraneka ragam seperti sekarang, seperti rafting, caving,
mountaineering,panjat tebing serta menyelam atau diving.Norman
bukan pendaki yang bangga melulu setelah mendaki gunung,cenderung terus
berusaha dan tak kenal lelah.Norman juga aktif di kelompok - kelompok
lain selain di Mapala UI, seperti SAR, memimpin evakuasi pendaki
hilang di gunung.
Norman Edwin lah yang mempopulerkan arung jeram dan susur gua di Indonesia. Dia pula satu - satu nya yang memiliki Sertifikat Lisensi Penyelamatan Gua dari Amerika Serikat dan satu - satu nya pula petualang Indonesia yang sudah menyusuri Benua Amerika, Asia, Afrika, Australia, Eropa dan Alaska.Kita sebagai orang Indonesia dan juga petualang alam bebas pada khususnya harus selalu mengenang beliau Norman Edwin sebagai legenda, Si Beruang Gunung memang telah tiada, tetapi perilaku hebat bisa kita contoh.
Norman Edwin lah yang mempopulerkan arung jeram dan susur gua di Indonesia. Dia pula satu - satu nya yang memiliki Sertifikat Lisensi Penyelamatan Gua dari Amerika Serikat dan satu - satu nya pula petualang Indonesia yang sudah menyusuri Benua Amerika, Asia, Afrika, Australia, Eropa dan Alaska.Kita sebagai orang Indonesia dan juga petualang alam bebas pada khususnya harus selalu mengenang beliau Norman Edwin sebagai legenda, Si Beruang Gunung memang telah tiada, tetapi perilaku hebat bisa kita contoh.
Sifat rendah hati dan dermawan adalah sikap mulia. Dan menghormati alam adalah perilaku utama sebagai pecinta alam.Norman Edwin telah mencapai 7 puncak tinggi di dunia, Everest, Kilimanjaro, Elbrus, Mc Kinley, Cartenz Pyramid, Himalaya dan Aconcagua.
II.TEORI
Marvin Zuckerman: Sensation Seeking
Menurut
Zuckerman, sensation seeking dideskripsikan sebagai keinginan untuk
bervariasi/beragam, baru, kompleks/rumit, sensai yang intens dan pengalaman
serta kesukarelaan dalam mengambil resiko secara fisik, sosial, legal, dan
secara financial demi sebuah pengalaman.
Assessing
Sensation Seeking
Untuk
mngukur sensation seeking, Zuckerman membentuk Sensation Seeking Scale (SSS),
memiliki 40 pertanyaan kuisioner (Tabel 16.2). Dengan menggunakan metode factor
analysis, Zuckerman (1983) mengidentifikasikan kedalam empat komponen dari
sensation seeking :
1. Thrill
and adventure seeking keinginan untuk
terikat dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan, bahaya, dan hal yang
menantang gravitasi seperti bungee jumping, parachuting dan scuba diving.
2. Experience seeking mencari pengalaman baru melalui perjalanan,
lagu, seni.
3. Disinhibition kebutuhan untuk mencari aktivitas sosial yang
liar.
4. Boredom susceptibility.
Characteristics
of Sensation Seekers
Zuckerman
dan rekannya mendapatkan bahwa sensation seeking dipengaruhi oleh usia. Orang yang lebih muda
akan cenderung untuk memilih pengalaman yang baru, hal yang berisiko dan
berpetualangan dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Perbedaan gender juga
didapatkan dalam empat komponen dari sensation seeking. Pria lebih memilih
thrill and adventure seeking, disinhibition, dan boredom susceptibility.
Sedangkan wanita lebih memilih experience seeking.
Behavioral
Differences
Walaupun
beberapa orang diukur dalam sensation seeking mendapatkan bahwa mereka lebih
menikmati aktivitas seperti mountain climbing, hang gliding, auto racing,
skiing, scuba diving, dan parasailing, sedangkan orang yang rendah dalam
sensation seeking biasanya tidak menyukainya. Perbedaan perilaku tidak selalu
dramatis.
Personality
Differences
Zuckerman
dan rekannya mengkorelasikan nilai Sensation Seeking Scale (SSS) dengan
mengukur factor dari kepribadian seseorang. Sebuah studi menunjukkan bahwa
nilai pada SSS lebih mencondong ke disinhibition dan berhubungan dengan factor
extraversion ‘s Eysenck. Zuckerman menyarankan tingkat sensation seeking yang
tinggi yaitu extravert, yang berarti mereka lebih memperdulikan orang lain yang
hanya sebagai penonton atau sumber dari stimulasi. Tingkat nilai SSS yang lebih
tinggi lebih terbuka mengekspresikan emosi mereka.
Cognitive
Processes
Penelitian
tambahan tentang sensastion seeking untuk proses kognitif pada pikiran,
persepsi dan intelegensi. Nilai sensation seekers yang tinggi didapatkan lebih
mengenal simbol dan bentuk lebih cepat dibandingkan dengan nilai yang lebih
rendah, yang berarti nilai yang lebih tinggi dapat memproses sebuah informasi
lebih cepat.
Occupational
Preferences
Dikarenakan
nilai yang lebih tinggi memiliki kebutuhan stimulasi yang lebih besar dan
pengalaman yang bervariasi, mereka lebih memilih pekerjaan yang berbeda
dibandingkan dengan yang nilai lebih rendah. Pria yang mendapatkan skor yang
lebih tinggi pada SSS juga mendapatkan skor yang tinggi pada Strong Vocational
Interest Blank scales menunjukkan ketertarikan dalam membantu profesi seperti
psikolog, psikiater, pekerja sosial dan menteri. Sedangkan wanita yang
mendapatkan skor yang tinggi menunjukan ketertarikan dalam pekerjaan sebagai
pengacara dan yang mendapatkan skor yang rendah memilih menjadi guru SD dan
ahli diet.
Attitudes
Skor
yang lebih tinggi pada SSS menunjukkan sikap permisif pada perilaku seksual.
Sedangkan yang mendapatkan skor lebih rendah lebih memilih untuk rajin
beribadah.
Physiological
Differences
Zuckerman
dan rekannya mendapatkan bahwa tinggi rendahnya sensation seeking menunjukkan
perbedaan respon fisiologi terhadap stimulus. Skor yang lebih tinggi lebih
dapat menangani sakit, suara kuat ataupun stimulus yang mengakibatkan stress
dibandingkan dengan yang mendapatkan skor yang lebih rendah.
Heredity versus
Environment
Peneliti
menggunakan perbandingan kembar yang menunjukan bahwa hereditas merupakan basis
dari factor kepribadian sensation seeking. Meskipun sensastion seeking awalnya
diturunkan dari keluarga, Zuckerman juga menyadari bahwa situasi dari
lingkungan juga merupakan factor yang mempengaruhi.
Reflections on
Sensation Seeking
Sensation
seeking memiliki daya tarik akal sehat. Lebih mudah untuk menerima ide
seseorang yang membutuh kesenangan dan resiko, perubahan dan petualangan. Kita
dapat mendeskripsikan level sensation seeking kita sendiri dan dengan penilaian
yang adil serta akurat pada level pertemanan dan relative dengan
mempertimbangkan aktivitas yang mereka nikmati atau yang mereka hindari.
III.Pembahasan
Dari
fenomena yang terjadi pada pendaki gunung Norman Edwin yang mendaki 7 puncak
gunung tertinggi didunia kita dapat melihat bahwa Edwin memiliki keinginan
untuk bervariasi/beragam, baru, kompleks/rumit, sensasi yang intens dan
pengalaman serta kesukarelaan dalam mengambil resiko secara fisik, sosial,
legal, dan secara financial demi sebuah pengalaman,yang disebut oleh Zuckerman adalah Sensation seeking.Hal
ini dapat dilihat Ketika Edwin ditemukan sudah tewas
tertelungkup di timbunan salju oleh pendaki lain yang kebetulan melewati jalur
Norman Edwin meninggal,pada tanggal 2 april 1992 di Aconcagua, perbatasan
antara Argentina tempat Arman Mardono dan Chile. Dalam hal ini
kita dapat melihat keinginginan yang kuat pada diri Norman Edwin,Edwin berani
mengambil resiko kematian demi sebuah pengalaman mencapai puncak Anconcagua
karena Sewaktu ditemukan, tangannya memegang erat kapak es yang dikala itu
untuk menahan tubuhnya dari gundukan salju yang menutupi tubuhnya pada
ketinggian 6.700 mdpl, jadi hanya sekitar 200 meter lagi sudah sampai puncak Aconcagua.
Norman
Edwin juga memiliki keinginan untuk terikat dalam aktivitas fisik yang melibatkan kecepatan,bahaya,dan hal yang
menantang.Dialah yang menguasai berbagai bidang petualangan
alam. Saat itu di jamannya Norman, petualangan beraneka ragam seperti sekarang,
seperti rafting, caving, mountaineering,serta menyelam atau diving.Hal ini merupakan komponen sensation seeking
yang disebut Thrill and Adventure seeking. Selain itu, yang dapat kita
pahami dari penjelasan ini adalah Norman Edwin memiliki sensation seeking
tinggi karena berdasarkan teori Characteristic of Sensation Seekers pada
behavioral Diffrences dijelaskan bahwa orang-orang memiliki sensation seeking rendah biasanya
tidak menyukai dan tidak menikmati aktivitas seperti
rafting,caving.mountaineering ,serta diving seperti yang dilakukan oleh Norman
Edwin.
Norman bukan pendaki yang bangga melulu setelah mendaki
gunung,cenderung terus berusaha dan tak kenal lelah.Norman juga aktif di
kelompok - kelompok lain selain di Mapala UI, seperti SAR,
memimpin evakuasi pendaki hilang di gunung.Norman Edwin lah yang mempopulerkan
arung jeram dan susur gua di Indonesia. Dia pula satu - satu nya yang memiliki
Sertifikat Lisensi Penyelamatan Gua dari Amerika Serikat,dari penjelesan
ini kita dapat mengetahui bahwa Norman Edwin memiliki komponen sensation
seeking dishibition yang kuat yaitu merupakan kebutuhan untuk mencari aktivitas
sosial yang liar dengan aktif di kelompok SAR,memimpin evakuasi pendaki hilang
di gunung,dan mempopulerkan arung jeram dan susur gua di Indonesia hingga
memiliki Sertifikat Lisensi Penyelamat Gua dari Amerika Serikat.
Seperti yang dijelaskan dalam teori Characteristic of Sensation Seekers
pada Personality Diffrences,dalam hal ini Zuckerman menyarankan
tingkat sensation seeking yang tinggi yaitu extravert, yang berarti mereka
lebih memperdulikan orang lain yang hanya sebagai penonton atau sumber dari
stimulasi. Tingkat nilai SSS yang lebih tinggi lebih terbuka mengekspresikan
emosi mereka. Apabila dikaitkan dengan Norman
yang aktif di organisasi Mapala UI dan
kelompok lain seperti SAR serta memimpin evakuasi pendaki hilang di gunung,Hal
ini berarti Norman Edwin memiliki kepedulian yang lebih terhadap orang lain dan
alam yang menjadi sumber dari stimulasi.Selain itu,kita juga dapat melihat dari
pernyataan pada fenomena bahwa Norman memiliki sifat hebat yang pantas untuk
dicontoh yaitu sifat rendah hati dan dermawan
yang merupakan sikap mulia dan perilakunya menghormati alam merupakan perilaku
utama sebagai pecinta alam.
Pekerjaan Norman Edwin sebagai pemimpin evakuasi pendaki hilang di gunung
dan pengalaman luar biasanya yang telah mencapai 7 puncak tinggi di dunia, Everest,
Kilimanjaro, Elbrus, Mc Kinley, Cartenz Pyramid, Himalaya dan Aconcagua
menunjukkan bahwa Edwin memiliki kemampuan
lebih untuk mengenal simbol-simbol,seperti yang kita ketahui bahwa untuk
mencapai puncak gunung seorang pendaki harus memahami simbol –simbol yang ada
dan seperti yang dijelaskan dalam teori Cognitive processes bahwa seorang yang memiliki nilai sensation
seekers yang tinggi adalah orang-orang yang lebih mengenal simbol dan bentuk
lebih cepat dibandingkan orang yang memiliki sensation seeking rendah.
Daftar Pustaka:
www.belantara
Indonesia.org/2010/07/pendaki-gunung-yang mendaki 7-puncak.html.
http://infopendaki.blogspot.com/2012/03/biografi-norman-edwin-kisah-pendakian.html
Schultz dan Scultz.2005.Theories of Personality