Minggu, 23 Maret 2014

Teori Vygotsky

Teori  Vygotsky
Kelompok 5:
1.      Julia Therisa
2.      Hotma Indra Hakim (13-013)
3.      Rifky Tiara Balqish (13-029)
4.      Dewi Sitepu
5.      Ester Sihombing (13-109)

             Dalam kesempatan ini saya akan mencoba menghubungkan  teori perkembangan kognitif menurut Vygotsky dengan pengalaman hidup saya.Lev Vygotsky (1896-1934) percaya bahwa anak aktif dalam menyusun pengetahuan mereka.
Ada tiga klaim dalam inti pandangan Vygotsky:
1.Keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental.Menurut Vygotsky menggunakan pendekatan developmental berarti memahami fungsi kognitif anak dengan memeriksa asal usulnya dan transformasinya  dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya.
2.Kemampuan kognitif dimediasi dengan kata ,dan bentuk diskursus,yang berfungsi sebagai  alat psikologis untuk membantu dan menstransformasi aktivitas mental.Vygotsky berpendapat bahwa pada masa kanak-kanak awal (early Childhood),bahasa mulai digunakan sebagai alat yang membantu anak untuk memecahkan aktivitas dalam memecahkan problem.
3.Kemampuan kognitif berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural.Vygotsky mengatakan bahwa perkembangan anak tidak bisa dipisahkan  dari kegiatan sosial dan kultur.Vygotsky percaya bahwa perkembangan memori,perhatian,dan nalar melibatkan  pembelajaran  untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat,seperti bahasa,sistem matematika,dan strategi memori.
  Zone Of Proximal Development
          Merupakan salah satu ide unik yang diajukan Vygotsky di dalam tiga klaim inti pandangan Vygotsky.Zone Of Proximal Deplovement ini adalah istilah yang digunakan Vygotsky untuk serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai  anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu.
            Pengalaman hidup saya yang berkaitan dengan istilah Zone Of Proximal Development ini adalah ketika saya duduk dibangku kelas VIII SMP,pada saat itu saya sangat tidak menguasai  pelajaran Matematika,padahal sebelumnya nilai matematika saya  lumayan memuaskan. Hal itu bermula pada kesan pertama saya melihat guru matematika saya yang memarahi  salah satu teman saya. Sejak saat itu pelajaran matematika seolah momok yang menakutkan bagi saya.Semua pelajaran yang diberikan oleh guru matematika saya berlalu begitu saja seperti peribahasa masuk telinga kanan keluar telinga kiri,Hal itu terus berlanjut hingga akhirnya saya merasakan kerugian-kerugian dari hasil perbuatan saya sendiri,nilai matematika saya menurun drastis sehingga saya merasa khawatir dengan nilai tersebut.Kemudian saya memutuskan untuk belajar dengan salah seorang teman saya  yang menurut saya sangat ahli matematika di kelas,setiap ada tugas pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru,saya selalu datang kerumahnya untuk belajar bersama,kalau tidak begitu dia yang datang kerumah saya.Kegiatan ini terus kami lakukan,sampai pada saat menjelang ujian pun kami belajar bersama dan membahas soal Matematika bersama, sehingga nilai saya naik dan saya yang tadinya tidak mampu,dengan bantuan dan pengetahuan dari teman saya yang menurut saya lebih pintar,saya menjadi mampu mengerjakan soal-soal matematika pada saat itu.
            Pengalaman lain,yaitu ketika saya duduk di kelas XI SMA pada saat itu pelajaran fisika berlangsung di kelas kami dan pada saat itu juga hampir 90% dari kami kurang mengerti dengan materi yang diberikan oleh guru karena materi fisika yang terlalu sulit dan rumit.Akhirnya guru memilih beberapa orang dari kami yang dianggap sudah paham dan membagi kami kedalam beberapa kelompok,dengan metode seperti itu sebagian besar dari kami menjadi paham dengan materi fisika tersebut.

Scaffolding
            Scaffolding sangat erat kaitannya dengan dengan gagasan Zone of Proximal Development,yaitu sebuah teknik yang mengubah level dukungan.Selama sesi pengajaran,orang yang lebih ahli (guru atau murid yang lebih mampu) menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan level kinerja murid yang telah di capai.
            Berkaitan dengan teknik scaffolding ini saya memiliki pengalaman yaitu semenjak saya duduk di bangku SMP dan SMA,sekolah mengklasifikasikan kami ke dalam  kelas berdasarkan tingkat kecerdasan,anak-anak yang memiliki IQ lebih tinggi di satukan dalam satu kelas,dan sebaliknya.Dalam proses belajar mengajar,ketika pelajaran baru akan dikenalkan pada kami biasanya guru selalu memberikan penjelasan-penjelasan secara rinci dan detail,namun ketika pelajaran itu sudah pernah kami bahas atau merupakan bagian dari pelajran yang sudah dibahas,ketika itu guru saya hanya memberikan contoh-contohnya saja dan tidak menjelaskan secara detail lagi.
Bahasa dan Pemikiran
            Vygotsky(1962) percaya bahwa anak-anak menggunakan bahasa bukan hanya untuk komunikasi sosial,tetapi juga untuk merencanakan,memonitor perilaku mereka dengan caranya sendiri.Penggunaan bahasa ini dinamakan “pembicaraan batin”(inner speech) atau “pembicaraan privat”(privat speech).Menurut Vygotsky private speech adalah alat penting bagi pemikiran selama masa kanak-kanak.
           
Pengalaman saya yang berhubungan dengan bahasa dan pemikiran ini adalah ketika saya kelas dua di Sekolah Dasar, saya sangat sering berbicara sendiri dalam hati.ketika melihat sesuatu yang aneh saya langsung berbicara dalam hati saya,bagaimana jika saya seperti apa yang saya lihat itu.Ketika bermain boneka barbie sendirian,saya sering memainkannnya dengan memikirkan  dan mengarang sendiri ceritanya di dalam hati.

Sekian penjelasan saya tentang teori Vygotsky dan sekilas pengalaman hidup saya yang berhubungan dengan teori Vygotsky.Apabila terdapat kesalahan dalam penulisan,saya mohon maaf.
           
*Terima Kasih*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar